Menghidupkan Kembali Semangat Slamet Rijadi


Di antara banyak pahlawan nasional Indonesia, ada nama yang mungkin kurang familiar di telinga kita, yaitu Slamet Rijadi. Meskipun figurnya tidak terlalu populer seperti Jenderal Sudirman atau Bung Tomo, namun perannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tidak kurang penting. Yang menjadikannya istimewa bukan hanya keberaniannya di medan perang, melainkan pula nilai-nilai luhur yang tercermin dalam setiap langkah perjuangannya.

Banyak orang tidak mengenal nama Slamet Rijadi. Ia adalah seorang pejuang yang bersifat tegas dan pemberani. Beliau memiliki peranan besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Kala berumur 15 tahun, Slamet Rijadi digerakkan meninggalkan bangku sekolahnya yang baru saja berlangsung selama 1 tahun untuk bergabung dengan aktivitas “Pertahanan Bumi Putra” karena terjadinya Perang Dunia II yang tiba-tiba meletus. Bayangkan saja, di usia yang masih terlampau belia, Slamet Rijadi rela meninggalkan bangku sekolahnya. Bukan karena ia malas belajar, tapi karena panggilan jiwa untuk melindungi tanah airnya. Ini menunjukkan betapa besar pengorbanan yang rela dia berikan untuk negara yang dicintainya.

Kemudian, dia memutuskan melanjutkan ke Sekolah Pelayaran Tinggi. Sepertinya darah pelautnya yang berada di dalamnya memang sudah tidak bisa dibantah lagi. Ketika aktivitas Jepang dimulai dituju, Slamet Rijadi merasakan darah lautnya memanggilnya. Setelah lulus pendidikannya, ia diangkat menjadi navigator pada kapal-kapal kayu yang melaju mengarungi Nusantara. Pengalaman ini nanti membentuknya menjadi pemimpin yang tangguh dan cerdas, sekaligus membuka akses bagi perjalannya di dunia militer.

Sebelum proklamasi, Slamet Rijadi menunjukkan keberanian dengan menentang dan berhasil melancarkan penyembelihan kapal kayu milik Jepang. Gerakan Ken Pei Tai untuk menangkapnya gagal. Sebaliknya dari peristiwa itu, ia berhasil mengumpulkan kekuatan perjuangan yang terdiri atas pemuda bekas Peta-Heiho/Kaigun untuk merebut kembali kota Sala. Bayangkan betapa berisiko tindakan itu! Namun keberanian itu menjadi titik balik dalam perjalanan hidupnya. Dari sinilah karier militernya mulai bersinar. Ia sukses memanaskan kurang lebih satu batalyon remaja pejuang, untuk ditingkatkan sebagai Komandan Batalyon dari Resimen I Divisi X.

Dalam evolusi lebih lanjut akibat perubahan pimpinan dan struktur organisasi, Divisi X dipisah menjadi Divisi IV dengan Panglimanya Jenderal Mayor Soetarto. Divisi ini terkenal dengan nama Divisi Penembahan Senopati. Slamet Rijadi kemudian dipercayai menjabat Brigade V dengan batalyon XIV sebagai pasukannya kebanggannya. Di bawah komandonya, batalyon ini berkali-kali berhasil menyelesaikan masalah di kota Sala dengan sangat gemilang. Setiap pekerjaan yang diberi selalu ditamatkan dengan hasil memuaskan, sehingga patut bila kepercayaan atasannya kepada dia makin besar.

Percayaannya makin nyata lagi ketika Indonesia menghadapi agresi militer Belanda II. Batalyon terpimpin Slamet Rijadi menjadi lawan utama pasukan Belanda di daerah-daerah. Pertempuran demi pertempuran membuat pasukan kolonial semakin kewalahan menghadapi taktik gerilya yang dilakukan pasukan Republik. Dalam setiap aksi, Slamet Rijadi selalu memperlihatkan sikap kepemimpinan dan keberanian. Tidak heran jika nama Slamet Rijadi semakin sering disebut-sebut karena hampir semua peristiwa kepahlawanan di kota Solo berada di bawah komandonya.

Puncak ujian besar datang saat meletusnya Pemberontakan Madiun 1948. Pemberontakan yang dipimpin PKI ini merupakan ancaman serius bagi persatuan bangsa. Pada saat itu, batalyonnya berada di luar Kota Surakarta. Gubernur Militer Sala, Kolonel Gatot Subroto, memerintahkannya untuk bergerak ke utara menumpas pemberontakan. Dengan strategi cerdik, Slamet Rijadi memimpin pasukannya melakukan penghadangan, penyergapan malam, hingga manuver mendadak yang membuat lawan kewalahan. Hasilnya sungguh luar biasa. Banyak senjata modern berhasil direbut dari tangan pemberontak. Rampasan ini bukan hanya memperkuat persenjataan TNI, tetapi juga menjadi bukti bahwa tentara Republik, meski masih muda dan sederhana, mampu menjaga kedaulatan bangsa dengan disiplin dan keberanian.

Dari sini terlihat jelas bahwa Slamet Rijadi bukanlah prajurit biasa. Ia adalah perwira muda yang tangguh, visioner, dan penuh dedikasi. Pengalamannya dalam menghadapi pemberontak dan berperang menentang Belanda menjadikannya salah satu tokoh penting dalam sejarah perjuangan Indonesia. Namun, apa yang membuat Slamet Rijadi unik bukanlah karena karena keberanian militernya. Tidak adanya kembangtusuk meskipun sebagai komandan yang sukses. Sifat rendah hatinya membuatnya berbeda. Meskipun sebagai suksesnya, tidak pernah ia sombong. Ia selalu memprioritaskan kepentingan bangsa diatas segala-galanya. Hal ini mengingatkan kita kepada nilai-nilai luhur yang diajarkan dalam beberapa tradisi keagamaan: kasih, keadilan, dan kerendahan hati.

Kitab suci mengajarkan bahwa kasih harus menjadi landasan setiap perbuatan. Nilai kasih ini tercermin dalam kerelaan Slamet Rijadi menyingkirkan masa muda untuk memperjuangkan bangsanya. Beliau pun berjuang menuntut adil, bukan karena bagi kepentingannya sendiri, tapi bagi semua rakyat Indonesia. Sementara kerendahan hati dapat menyamarkannya tetap berada di bumi meskipun namanya harum dan prestasinya banyak. Nilai-nilai tersebutlah yang menjadi teladan bagi kita semua dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.

Jika kita menyandingkannya dengan nilai-nilai Vinsensian, jelas terlihat adanya keselarasan yang mendalam. Nilai-nilai Vinsensian didahului oleh cinta kasih terhadap sesama, terutama secara spesifik kepada kaum miskin dan terpinggirkan, dan pada semangat pelayanan dan kerendahan hati. Semangat kasih dalam aksi Slamet Rijadi untuk bangsanya selaras dengan prinsip Vinsensian untuk membantu mereka yang memerlukan dengan empati dan keadilan sosial. Begitu juga kepigilan hati yang merupakan watak kebangsanya, sejajar dengan ajaran Vinsensian untuk setiap individu hendaklah selalu rendah hati dalam berdiamat di kalangan sesama manusia.

Dalam konteks sekarang, nilai-nilai yang direbut Slamet Rijadi tetap sangat relevan. Dalam menghadapi pembelajaran nasib bangsa sekarang, kita malah seharusnya makin perlu meneladani keberanian seperti melindungi kebenaran, kerelaan berkorban untuk kepentingan bersama, dan kerendahan hati dalam memperoleh kesuksesan. Generasi muda terutama harus sadar bahwa usia bukanlah penghalang untuk memberi kontribusi besar terhadap bangsa. Slamet Rijadi membuktikan sendiri bagaimana semangat muda bisa diarahkan ke arah hal-hal bermanfaat yang membangun negeri.

Melalui jalan hidupnya, kita dididik bahwa cinta tanah air harus diteladankan dengan keberanian, pengorbanan, dan semangat pantang menyerah. Slamet Rijadi mungkin telah tiada, tetapi semangat dan nilai-nilai perjuangannya akan terus hidup selama ada generasi yang rela meneruskan perjuangannya. Beliau merupakan contoh bahwa pahlawan sejati bukan hanya diukur dari banyaknya medali yang dikenakan, melainkan dari seberapa besar pengaruh positif yang diberikan untuk bangsa dan negara.